Sunday, January 9, 2022

WORKSHOP DISKUSI PERTUNJUKAN SENI

 Diskusi Pertunjukan Seni

“Teater Berbasis Riset”

 

Pada 23 Februari 2021 Teater Tiang mengikuti workshop diskusi pertujukan seni yang membahas tentang “Teater Berbasis Riset”. Workshop dihadiri oleh Dwi Aprilia dan Ifatul Khasanah secara online melalui Zoom Meeting. Dari workshop ini kita dapat mengetahui teater berbasis riset merupakan sebuah pertunjukan teater yang diproses berdasarkan pada penelitian terhadap suatu masalah secara sistematis dan ilmiah.

Riset teater merupakan salah satu bentuk riset artistik, dimana seorang seniman bertindak sebagai pelaku riset dan naskah drama teater sebagai objek atau bahan riset. Dalam pertunjukan teater, baik sutradara maupun aktor harus meneliti teks naskah dan menjawab permasalahan yang ada di dalam naskah drama teater dengan melakukan analisis, investigasi, dan pendalaman naskah.

Dalam metode riset teater untuk aktor terdapat langkah-langkah:

1.      Menentukan Starting Point, yaitu poin awal seorang aktor dalam usaha mengenali tokoh yang akan dimainkan dengan cara membaca buku, bereksplorasi saat latihan, dan berkhayal.

2.      Estetika, yaitu berupa tokoh atau karakter yang akan ditampikan aktor. Hal ini bisa dicapai dengan olah tubuh, olah rasa, dan olah vocal.

3.      Location, yaitu lokasi bermain tokoh akan berpengaruh kepada aktor.

4.      Transmision, merupakan key isu yang harus dipahami sehingga memudahkan aktor dalam mewujudkan tokoh di naskah drama teater.

Dalam kehidupan berteater sebenarnya banyak aktor yang melakukan riset tapi tidak banyak yang merubahnya ke dalam hasil riset yang dapat digunakan sebagai literatur keaktoran.


Banyak sekali pertanyaan tentang teater berbasis riset ini seperti apa saja basis riset dalam teater?, perbedaan riset berdasarkan aliran teater?, bagaimana menyatukan sudut pandang sutradara, aktor maupun pembimbing terhadap pernokohan?, serta bagaimana menentukan batasan dalam melakukan riset teater?. Pada dasar riset bisa dilakukan secara langsung maupun  dokumentasi (tetaer tiktografi dari pertunjukan Putu Wijaya). Terdapat banyak aliran teater seperti realisme, post realisme, absurd, surealis, dll. Dalam riset perbedaan tersebut hanya terjadi pada objek yang akan dikaji. Konflik perbedaan pandangan antara aktor dan sutradara adalah hal yang normal, secara professional kita harus bisa menempatkan diri. Entah sebagai pekerja atau akademisi yang harus mempertahakan pandangannya. Dalam melakukan riset teater juga memiliki batasan-batasan dari ladasan teori yang akan digunakan.

Nah, dari hasil workshop diskusi pertujukan seni “Teater Berbasis Riset” ini diharapkan kedepannya anggota Teater Tiang mampu melakukan riset artistik dalam proses produksi, sehingga dapat meghasilkan hasil riset yang bisa digunakan sebagai literatur dan pembelajaran untuk proses-proses produksi selanjutnya.

Sunday, January 2, 2022

FRAGMENTASI 2021

 FRAGMENTASI 2021


Minggu, 24 Oktober 2021 Teater Tiang kembali melaksanakan kegiatan tahunan yaitu Fragmentasi. Fragmentasi merupakan suatu pementasan yang melibatkan mahasiswa baru dalam tim artistiknya. Mulai dari aktor, tim tata panggung, lighting, ilustrasi, hingga tim make up kostum semuanya melibatkan mahasiswa baru 2021.

Pada Fragmentasi 2021 ini Teater Tiang mementaskan naskah yang berjudul “Wek-wek” sebuah karya dari Iwan Simatupang. Naskah ini bercerita tentang kehidupan yang penuh tipu-menipu tanpa mengenal status sosial yang dikemas dengan tokoh pewayangan. Ada empat tokoh yang diperankan oleh para maba yaitu Ojan sebagai Petruk, Ibam sebagai Pak Lurah, Ashah sebagai Gareng, dan Shelvy sebagai Bagong. Ojan dan kawan-kawan berhasil menyampaikan pesan dari naskah sesuai dengan arahan Sutradara dan tim lainnya.

Menurut Farisa sebagai Asisten Sutradara naskah ini menarik untuk dipentaskan karena banyak pelajaran yang dapat diambil dan di implementasikan dalam kehipun sehari-hari. Daya tarik lainnya adalah penokohan yang dikemas dalam karakter pewayangan. Meskipun naskah ini bukan cerita asli dari punakawan itu sendiri, tetapi setiap tokoh memiliki karakter yang menggambarkan sosok punakawan. Dengan demikian kita juga dapat melestarikan budaya melalui sebuah pertunjukan teater.



POJOK SENI 2021

 POJOK SENI 2021

Salam Budaya!!!

 


Pojok Seni tahun ini hampir sama dengan pojok seni tahun kemarin, kami melaksanakan secara online. Dikarekan pada pertengahan tahun 2021 pandemi Covid-19 meningkat  tapi hal ini tidak menjadi halangan bagi kami untuk tetap melaksanakan pementasan walaupun hanya secara online.

Pada pementasan Pojok Seni kami membawakan naskah yang berjudul Penjual Bendera, yang didalamnya terdapat 4 tokoh yaitu Gareng, Sompeng, Jondul, Dan Barcep yang diperankan oleh Billy, Engine, Ahda, Dan Aulina. Sutradara pada pementasan ini adalah Bayu Syaifudin dengan didampingi oleh SM yaitu Farisa Nurillah.

Pementasan ini berhasil dilaksanakan pada 28 Agustus 2021, walaupun hanya secara online via zoom tetapi antusias penonton sangat baik terhadap pementasan ini. Semoga dipementasan selanjutnya kita bisa lebih baik lagi.



APLIKASI PENGGARU XXVII 2021

 Aplikasi Penggaru XXVII



Aplikasi adalah pementasan rutin Teater Tiang yang diadakan setiap tahunnya. Teater Tiang tahun ini melaksanakan Aplikasi Penggaru XXVII pada Minggu, 25 April 2021. Aplikasi ini adalah kegiatan pertama kami secara offline selama adanya Pandemi Covid-19. Naskah yang kami bawakan pada saat itu adalah naskah berjudul “Soak” dengan Sutradara Aulina Roudlotul Jannah.

Naskah Soak menceritakan kejadian di waktu mundurnya Presiden Soeharto dari Jabatan Presiden Republik Indonesia pada tahun 1998. Naskah hasil karya Giri Ra Tomo ini dimainkan dengan menggunakan latar laboratorium dengan 6 tokoh. Keenam tokoh ini terdiri dari kepala laboratorium yang disebut dengan profesor; kedua asisten bernama Harmo dan Moko; dan tiga eksperimen profesor. Profesor adalah gambaran dari sosok Presiden ke-2 RI, yakni Bapak Soeharto. Sedangkan asistennya Harmo dan Moko adalah seorang kaki tangannya dengan kalimat fenomenalnya “Menurut Petunjuk Bapak Presiden”. Mungkin nama ini tidak asing bagi orang yang ada di era tersebut. Harmo dan Moko adalah satu orang yang sama, Menteri Penerangan RI pada saat itu yang bernama Harmoko.

Pementasan offline pertama ini sangat berkesan bagi kami. Di sini kami mendapatkan apresiasi dari teman-teman sesama penikmat seni teater secara langsung. Kami juga bisa merasakan atmosfer yang berbeda dari pementasan online yang biasa kami lakukan. Kami harap Pandemi Covid-19 ini segera usai, kami rindu berkesenian tanpa memusingkan keprotokolan.



Saturday, January 1, 2022

PRESTASI TEATER TIANG 2021 "NASKAH MONOLOG"

 

Prestasi Teater Tiang Lomba Naskah Monolog

Salam Budaya!!!


UKM Teater Tiang FKIP Universitas Jember kembali meraih prestasi dalam lomba “Naskah Monolog” Gelora Saraswati 2021 yang diselenggarakan oleh Bengkel Seni Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam lomba tersebut Teater Tiang melombakankan naskah yang berjudul “INDUN” karya Dwi Aprilia.

Dwi Aprilia yang diakrab dipanggil “April” merupakan salah satu anggota Teater Tiang. Dengan usaha dan kerja kerasnya dalam membuat naskah, ia berhasil  mendapatkan predikat juara 2. Hal ini tentunya menjadi salah satu kebanggaan Teater Tiang dan dapat menjadi motivasi bagi anggota Teater Tiang untuk terus  menghasilkan karya-karya hebat laiinya.