Diskusi Pertunjukan Seni
“Teater Berbasis Riset”
Pada
23 Februari 2021 Teater Tiang mengikuti workshop
diskusi pertujukan seni yang membahas tentang “Teater Berbasis Riset”. Workshop dihadiri oleh Dwi Aprilia dan
Ifatul Khasanah secara online melalui
Zoom Meeting. Dari workshop ini kita dapat mengetahui teater berbasis riset
merupakan sebuah pertunjukan teater yang diproses berdasarkan pada penelitian
terhadap suatu masalah secara sistematis dan ilmiah.
Riset
teater merupakan salah satu bentuk riset artistik, dimana seorang seniman
bertindak sebagai pelaku riset dan naskah drama teater sebagai objek atau bahan
riset. Dalam pertunjukan teater, baik sutradara maupun aktor harus meneliti
teks naskah dan menjawab permasalahan yang ada di dalam naskah drama teater
dengan melakukan analisis, investigasi, dan pendalaman naskah.
Dalam
metode riset teater untuk aktor terdapat langkah-langkah:
1.
Menentukan Starting Point, yaitu poin awal seorang
aktor dalam usaha mengenali tokoh yang akan dimainkan dengan cara membaca buku,
bereksplorasi saat latihan, dan berkhayal.
2.
Estetika, yaitu
berupa tokoh atau karakter yang akan ditampikan aktor. Hal ini bisa dicapai
dengan olah tubuh, olah rasa, dan olah vocal.
3.
Location, yaitu
lokasi bermain tokoh akan berpengaruh kepada aktor.
4.
Transmision,
merupakan key isu yang harus dipahami
sehingga memudahkan aktor dalam mewujudkan tokoh di naskah drama teater.
Dalam kehidupan berteater sebenarnya banyak aktor yang
melakukan riset tapi tidak banyak yang merubahnya ke dalam hasil riset yang
dapat digunakan sebagai literatur keaktoran.
Banyak sekali pertanyaan
tentang teater berbasis riset ini seperti apa saja basis riset dalam teater?, perbedaan
riset berdasarkan aliran teater?, bagaimana menyatukan sudut pandang sutradara,
aktor maupun pembimbing terhadap pernokohan?, serta bagaimana menentukan
batasan dalam melakukan riset teater?. Pada dasar riset bisa dilakukan secara
langsung maupun dokumentasi (tetaer
tiktografi dari pertunjukan Putu Wijaya). Terdapat banyak aliran teater seperti
realisme, post realisme, absurd, surealis, dll. Dalam riset perbedaan tersebut
hanya terjadi pada objek yang akan dikaji. Konflik perbedaan pandangan antara
aktor dan sutradara adalah hal yang normal, secara professional kita harus bisa
menempatkan diri. Entah sebagai pekerja atau akademisi yang harus mempertahakan
pandangannya. Dalam melakukan riset teater juga memiliki batasan-batasan dari
ladasan teori yang akan digunakan.
Nah,
dari hasil workshop diskusi
pertujukan seni “Teater Berbasis Riset” ini diharapkan kedepannya anggota
Teater Tiang mampu melakukan riset artistik dalam proses produksi, sehingga
dapat meghasilkan hasil riset yang bisa digunakan sebagai literatur dan
pembelajaran untuk proses-proses produksi selanjutnya.